Hari pertama pelaksanaan PPSMB Organik 2017 berjalan lancar. Kegiatan hari pertama dibuka dengan Upacara Pembukaan yang dilaksanakan di halaman Gedung Rachmiwaty. Tepat pukul 07.00 WIB upacara dimulai. Sekitar 419 Gamada mengikuti upacara walaupun masih terdapat banyak Gamada yang terlambat. Upacara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada. Kemudian dilanjutkan orasi oleh Tophan P. Putra selaku Koordinator OC (Organizing Committee) PPSMB Organik 2017. Tophan menekankan bahwa pangan sangat dibutuhkan, untuk apa ada gedung-gedung pencakar langit jika kita masih kekurangan pangan. Maka dari itu, mahasiswa Pertanian mempunyai peranan penting untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia. Setelah orasi dari Tophan, R.M. Bhismo S.K. selaku OC Aksi Kreatif memeriksa penugasan Gamada dengan cara mengangkat penugasan tersebut. Rangkaian acara PPSMB Organik tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun lalu menurut Rasinina Aulia, Koordinator Divisi Acara.
Fakultasiana
Selamat datang masa depan bangsa!
Upacara pembukaan PPSMB Palapa 2017 (7/8) menandai dimulainya rangkaian PPSMB enam hari kedepan (12/8).Sebanyak 8.322 Gamada (sebutan untuk mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada), terdiri atas 6.128 mahasiswa S1 dan 2.194 mahasiswa vokasi dengan persentase antara laki-laki dan perempuan sebanyak 53% dan 47% memenuhi lapangan Grha Sabha Pramana. Pengkondisian Gamada dimulai sejak pukul 06.00 WIB sebelum upacara dimulai.Uniknya, beberapa Gamada terlihat berdatangan sebelum persiapan panitia selesai.
Aksi #MenolakLupa2Mei yang dilakukan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, kemarin (2/05) mengingatkan kita pada aksi serupa yang telah dilakukan pada 2 Mei 2016. Aksi tahun lalu berakhir dengan janji yang diberikan Rektor UGM periode itu, Dwikorita Karnawati, untuk mempertimbangkan jumlah tanggungan anggota keluarga dalam penetapan golongan UKT dan tidak diberlakukannya UKT bagi mahasiswa semester 8 untuk program S1 serta semester 6 untuk program Diploma. Namun faktanya, sudah setahun janji itu belum terealisasi dan belum terasa dampaknya bagi mahasiswa UGM. Maka kembali rombongan mahasiswa UGM dari 18 Fakultas dan Sekolah Vokasi bersatu melakukan aksi dalam rangka “mengingatkan” dan menagih janji terkait pertimbangan Uang Kuliah Tunggal.
Diskusi publik dalam peringatan hari nelayan (8/4) diadakan atas kerjasama antara DEMA, KMIP dan KAB. Diskusi tersebut mendatangkan tiga narasumber, yaitu Lalu M. Syafriadi selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Bambang Wicaksana Widjanarko selaku Ketua Front Nelayan Bersatu dan Djumanto selaku Dosen Departemen Perikanan UGM serta moderator Kautsar Fahreza selaku Kepala Biro Kajian dan Keilmuan DEMA. Tema diskusi yang diusung yaitu “Pelarangan Cantrang, Dilema Ekologis dan Ekonomis”.
Tugu Pal Putih Yogyakarta sore itu (24/3) menjadi saksi bisu aksi penolakan mahasiswa akan pendirian pabrik PT. Semen Indonesia. Hal yang melatar belakangi aksi ini diantaranya ialah, (1) dua bis dari warga Kendeng mendatangi UGM untuk meminta bantuan atas kasus yang mereka mereka sedang hadapi karena menurut mereka UGM adalah kampus yang sangat dekat dengan “rakyat” dan (2) wacana pemerintah terkait pencabutan surat izin pendirian pabrik semen.
Mahasiswa-mahasiswa yang terlibat dalam aksi tersebut sebagian besar tergabung ke dalam Aliansi aksi Solidaritas Kendeng Lestari, yang terdiri dari Weteng Kencot UGM (FTP, FKH, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Hukum, BEM KM UGM),IMM UMY, AMPERA UII, LEM UII, Instiper,Pertanian UPN, UNS, serta Militan, Libertas, Front Mahasiswa Nasional (FNM) Ranting Yogyakarta, AGRA, Cakrawala Mahasiswa dan ISMPI Wilayah III. Aksi ini diwarnai oleh teatrikal yang menggambarkan pengusaha semen menggusur pertanian Kendeng. Orasi dan pembacaan puisi oleh beberapa perwakilan mahasiswa aliansi meramaikan aksi ini.
“Kerakyatan” menjadi kata yang tak pernah lekang oleh waktu. Ditinjau dari penggunaannya, kerakyatan sering menjadi makanan pokok para pemerhati masyarakat. Kata tersebut “meracuni” pikiran orang-orang yang belum paham makna dari kerakyatan itu sendiri. Penggunaan kata ini sering menyulut api sehingga masyarakat sangat sensitif. Hal itu menjadikan segala hal yang berkedok kerakyatan menjadi alat yang mujarab untuk melancarkan program-program yang notabene untuk kepentingan pribadi. Menurut KBBI, kerakyatan [ke-rak-yat-an] adalah segala sesuatu yang mengenai rakyat. Rakyat di sini biasa diartikan sebagai keterlibatan rakyat dalam segala aspek kehidupan dan tidak membatasi akses mereka untuk menikmati segala hal (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).
Berikut adalah hasil kuisioner dari 107 respon mahasiswa Pertanian UGM terhadap kuisioner “Bagaimanakah kinerja DEMA FPN 2016 dalam Satu Periode Kepengurusan” yang kami sajikan dalam bentuk infografis.
Dari sekian pertanyaan yang kami ajukan, kami ambil 6 variabel yang paling mewakili, yaitu:
1. Aspirasi, seberapa besar DEMA FPN 2016 sudah menyampaikan aspirasi mahasiswa Pertanian.
2. Isu yang dikawal, apakkah mahasiswa Pertanian UGM mengetahui mengenai isu yang dikawal oleh DEMA FPN 2016.
Acara tahunan yang diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (KMSEP) UGM, Jogjanan 2016 sukses digelar selama 2 hari. Sejak dibuka pada hari Sabtu (22/10), Jogjajanan menyuguhkan expo kuliner serta mini concert di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH UGM). Jogjajanan yang diselenggarakan pada 22-23 Oktober ini mengangkat tema “Embodying Young Ideas Thru Foodpreneurship Expo”. Menonjolkan tema foodpreneurship, Jogjajanan tahun ini berbeda dengan tahun lalu karena menyisipkan lomba Business Plan di dalamnya. Tidak hanya expo kuliner, tahun ini Jogjajanan hadir lebih mengedukasi dengan membuka kesempatan wirausaha-wirausaha muda yang akan memamerkan usahanya.
Bioartnergy 4 sukses digelar selama 4 hari, terhitung sejak 19-22 Oktober 2016 di Jogja Nasional Museum (JNM). Pameran yang menyuguhkan kolaborasi antara seni dan sains ini telah diselenggarakan ke-4 kalinya oleh Perhimpunan Mahasiswa Mikrobiologi UGM (Permahami). Pada Bioartnergy 4 ini, sebanyak 71 karya disuguhkan yang melibatkan berbagai kalangan baik dari dalam maupun luar UGM. “Karya pada tahun ini lebih beragam, hampir 3 kali lipat. Ada dari HMJ maupun BSI, dari fakultas lain, pelajar, hingga kolaborasi seniman, scientist, dan komunitas-komunitas lain,” papar Nuzulya Ramadhani selaku Ketua Panitia Bioartnergy 4. Keseluruhan karya tersebut dilombakan dan dipilih juara pertama, kedua, serta juara favorit melalui vote dari pengunjung.
Rapat Senat Terbuka menandai Puncak Lustrum XIV Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (27/09). “Genap berusia 70 tahun, Faperta harus bisa menjadi contoh bagi fakultas lain,” tutur Dwikorita, Rektor Universitas Gadjah Mada yang hadir meramaikan puncak Lustrum Faperta. Acara yang dihadiri dosen-dosen Fakultas Pertanian, tamu undangan, serta perwakilan mahasiswa tersebut berjalan dengan lancar. Acara dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Himne Gadjah Mada oleh paduan suara KMK Fakultas Pertanian. Rudi Hari Murti, Wakil Dekan Fakultas Pertanian menyampaikan laporan tahunan Fakultas Pertanian yang telah dievaluasi. Beliau memaparkan kiprah Faperta selama beberapa tahun terakhir, mulai dari perkembangan prestasi mahasiswa, grafik peminat Fakultas Pertanian, perubahan tenaga pendidik yang sudah pensiun (6 orang) dan tenaga pendidik baru pada tahun 2016 (9 orang), serta sarana dan prasarana fakultas Pertanian yang banyak mengalami perubahan.