Bertajuk tema “Food X Art: An Expression of Mind”, mini konser Jogjajanan digelar di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri UGM pada Minggu malam, 15 Oktober 2017. Panggung kecil yang dikelilingi riuh penonton telah mewakili ekspresi-ekspresi dalam jiwa manusia yang hendak dicurahkan. Mini konser diisi oleh berbagai musisi kondang, salah satunya Silampukau dengan kejujuran berekspresi yang sungguh memeriahkan panggung.
Silampukau, duo hits Surabaya Kharis Junandharu dan Eki Tresnowening, berhasil membius jiwa-jiwa muda yang hadir dengan kejujuran kisah dalam lagu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Suara berat nan bulat duo kepodang tersebut dengan iringan kelihaian memetik gitar berhasil membuat penonton ikut bersenandung. Silampukau membawakan hampir semua lagu dalam album terbaru mereka, Dosa, Kota, dan Kenangan. Dibalut dengan genre musik folk, lagu-lagu mereka yang mengusung keresahan-keresahan dengan jujur mendapat tanggapan baik dari pendengarnya karena dinilai memiliki ruang eksplorasi yang luas.
Silampukau mengawali penampilannya dengan Lagu Rantau. Serentak para penonton tanpa dipandu ikut bernyanyi. Lagu tersebut seakan mewakili jiwa mereka yang rata-rata adalah perantau di Kota Pelajar ini. Lagu-lagu lain yang dibawakan juga mendapat sambutan hangat. Pembawaan Eki dan Kharis yang canggung namun menghibur terasa ketika mereka hendak membawakan lagu Si Pelanggan. “Karena ini acara Jogjajanan, lagu ini juga Jogjajanan banget,” ujar Eki tepat sebelum musik dimainkan kembali. Lagu Si Pelanggan menceritakan tentang Dolly, lokalisasi prostitusi di Surabaya yang kini sudah tiada. Tak hanya itu, lagu Sang Juragan, tentang penjual minuman keras, serta lagu Doa 1 yang liriknya satire soal impian musisi untuk menjadi terkenal tak lupa mereka senandungkan. Walau malam telah larut, lagu yang paling ditunggu, Puan Kelana, masih dapat membius penonton dengan liriknya yang sederhana nan dalam. Malam yang indah dan jujur itu ditutup Silampukau lewat tembang Sampai Jumpa.