Selamat datang masa depan bangsa!
Upacara pembukaan PPSMB Palapa 2017 (7/8) menandai dimulainya rangkaian PPSMB enam hari kedepan (12/8).Sebanyak 8.322 Gamada (sebutan untuk mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada), terdiri atas 6.128 mahasiswa S1 dan 2.194 mahasiswa vokasi dengan persentase antara laki-laki dan perempuan sebanyak 53% dan 47% memenuhi lapangan Grha Sabha Pramana. Pengkondisian Gamada dimulai sejak pukul 06.00 WIB sebelum upacara dimulai.Uniknya, beberapa Gamada terlihat berdatangan sebelum persiapan panitia selesai.
Tepat pukul 07.00 WIB upacara pembukaan dimulai, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada mahasiswa berprestasi dan peresmian mahasiswa baru. Peresmian ini ditandai dengan penyematan jas almamater dan pin untuk mahasiswa baru 2017. Mahasiswa baru yang menjadi perwakilan adalah Donggu Kang asal Korea, kemudian diberitahukan juga mahasiswa termuda tahun ini yaitu Kamila Putri Hafizha, dan Ferlana Debora mahasiswa asal Nias. Upacara dilanjutkan dengan pemberian amanat oleh rektor UGM periode 2017-2022 yaitu Prof. Ir. Panut Mulyono,M.Eng.,D.Eng. Ia menegaskan kembali nilai Pancasila yang melekat pada jiwa masyarakat Indonesia dan UGM.
Konsep pembukaan PPSMB PALAPA 2017 mirip dengan tahun-tahun sebelumnya, hanya saja sudah ada formasi caping pada upacara pembukaan.Jika dilihat dari atas, formasi caping akan membentuk tulisan “PPSMB PALAPA 2017”. Selain itu juga ada pasukan penerjung payung pembawa bendera dan penampilan dari Jupiter Air Force dari TNI AU yang menghiasi langit Bulaksumur.
Dua Orator untuk Satu Semangat Kebangsaan
Tokoh inspiratif pada opening ceremony ini ialah Prof. Dr. Praktikno, M. Soc. Sc. yang merupakan alumni dan juga mantan rektor UGM.Ia saat ini menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi. Ia menyatakan bahwa jiwa UGM didasari oleh jiwa Pancasila. Hal itu juga divisualisasikan dengan kostum yang ia dipakai yaitu udeng khas Bali dari batik Jogja dan kemeja putih dengan dasi kain lurik. Ia berpesan pada mahasiswa UGM agar menggunakan teknologi secara bijak, dan tidak menggunakan sosmial media untuk menyebar hoax dan kebencian.
“Belajar dan manfaatkan waktu sebaik mungkin hasilkan karya-karya yang bermanfaat, manfaatkan waktu, mengabdi kepada Indonesia dan tak lupa selalu memegang teguh nilai-nilai Pancasila”.Orasi dilakukan oleh Marsekal TNI Hadi Tjahyanto, Kepala Staf TNI AU (KSAU).Sebanyak 5 Gamada dari wilayah timur dipanggil dan mendapatkan penghargaan dari TNI AU.Ia menjabarkan bahwa Indonesia adalah satu, walaupun menyebar ke seluruh penjuru nusantara tapi kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga pada tanah air kita.Dua orator tersebut diharapkan mampu menumbuhkan semangat Gamada untuk menimba ilmu dan berkontribusi untuk Indonesia dengan menjunjung tinggi persatuan dan keberagaman.
Keberagaman Gamada
Genap berusia 15 tahun 5 bulan 12 hari saat upacara pembukaan PPSMB, Kamila Putri Hafizha kelahiran Sidoarjo, 26 Februari 2002 menjadi mahasiswa temuda di UGM.Ia diterima di program studi Geografi dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Geografi melalui jalur SBMPTN pada pilihan kedua. Gadis yang suka berenang dan menggambar ini memilih program studi tersebut karena keingintahuannya mengenai bencana alam.Kamila bercita-cita menjadi bagian dari National Geographic.Walau umurnya terbilang masih muda, iatidak merasa canggung ketika harus berteman dengan mahasiswa yang lebih tua darinya karena sejak Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas ia selalu mengikuti program akselerasi.
Selain Kamila sebagai Gamada termuda, Universitas Gadjah Mada memiliki daya tarik sendiri bagi mahasiswa dari luar negeri. Muhammad Zainal Abidin.salah satu mahasiswa keturunan Qatar yang biasa dipanggil Mamad, lahir dan tinggal di Jakarta hingga berumur 5 tahun dan pindah ke luar ngeri. Ia pindah dan tinggal di Qatar bersama dengan orang tua dan 6 saudara kandungnya.
Melihat dari sisi edukasi, menurutnya pendidikan di Qatar dinilai lebih rendah sehingga ada keinginan untuk kembali ke Indonesia.Ia diterima sebagai Mahasiswa UGM angkatan 2017 jurusan Ilmu Komputer. Anak ke-2 dari 7 bersaudara ini memilih untuk melanjutkan pendidikannya di UGM atas dasar keinginannya sendiri.“Ibu saya yang menginspirasi saya untuk masuk sini, karena UGM dikenal terbaik di Indonesia”, ujarnya ketika ditanya tentang alasan masuk ke Kampus Kerakyatan.
Kewajiban menggunakan bahasa Indonesia dirasa susah selama ia mengerjakan penugasan PPSMB, kecuali penugasan essay yang diperbolehkan menggunakan bahasa Inggris. Untungnya, ia memiliki teman-teman fakultas yang membantunya dalam menyelesaikan penugasan PPSMB. Selain itu, penyampaian materi oleh Co-Fas dirasa tidak jelas karena bicaranya terlalu cepat dan sering menggunakan bahasa yang tidak umum didengar olehnya. Walaupun selama di Qatar keluarganya selalu menggunakan bahasa Indonesia, ia masih kesusahan untuk mendengar dan menggunakan Bahasa Indonesia. Ia merasa lingkungan di Indonesia lebih ramah dan menyenangkan. Perasaan itu membuatnya mudah dalam berkomunikasi serta mudah menerima materi yang disampaikan.Berbeda dengan lingkungan di Qatar yang dinilainya sangat individualis.
Euphoria sangat dirasakan olehnya ketika Pembukaan PPSMB. Ketika ditampilkan beberapa UKM UGM, ia sangat tertarik dengan Unit Selam UGM. Hal itu dilatarbelakangi oleh hobi yang ia miliki, salah satunya ialah menyelam. “Senang sih, karena PPSMB, aku bisa kenal orang banyak”, tambahnya.Selain itu, ada hal yang dirasa unik olehnya yaitu kebergaman bahasa daerah dari teman-temannya. Dari sekian bahasa terkadang membuat ia semakin bingung dalam berkomunikasi. Ia merasa diuntungkan dengan memiliki teman-teman yang dinilainya sangat peduli dan tanggap.
Sosok di Balik Euforia PPSMB
“Marina menari di atas menara, di atas menara Marina menari”
Siapa yang tidak akrab dengan ice breaking satu ini?Ya, ice breaking merupakan salah satu hal yang membuat kita betah dengan PPSMB.Selain itu, berbagai materi yang dipaparkan oleh pemateri membuat jiwa muda Gamada semakin penasaran dengan kampus kerakyatan ini.Tapi siapa sangka, di balik kemasan PPSMB yang informatif, edukatif, menarik, dan menyenangkan ini terdapat sosok yang berjasa baik dari pemikiran maupun tenaganya.Mereka adalah panitia PPSMB. Kali ini, kita akan membahas mengenai Co-Fas (Co-Fasilitator).
Co-Fas merupakan divisi utama sebagai ujung tombak penyampaian materi PPSMB ke Gamada.Penyampaian materi dilakukan secara langsung di dalam kelas dan melalui penugasan. Tugas-tugas tersebut dibuat oleh tim tersendiri yaitu divisi materi yang merupakan sub divisi acara. Penugasan tahun ini lebih sederhana dibanding dengan tahun lalu dan lebih membangun karakter Gamada, sesuai dengan tema Dari UGM untuk Indonesia yang berarti apa yang dapat kita berikan sebagai mahasiswa UGM untuk Indonesia. Contohnya, pada L.K.P.1.1 Gamada diinstruksikan untuk membuat perkenalan sebanyak satu paragraf dengan bahasa daerahnya sehingga menunjukkan bahwa Indonesia itu beragam dan UGM merupakan representatif dari Indonesia.
Co-Fas dinilai sebagairole mode bagi mahasiswa baru, dimana Co-Fas dinilai sebagai cerminan mahasiswa UGM. Pemilihan Co-Fas dilakukan secara open recruitmen dengan melalui beberapa seleksi, diantaranya wawancara, public speaking, problem solving, pre-test dan post-test. Koordinator Umum Co-Fasilitator, Carolus Dewangga, menjelaskan bahwa serangkaian seleksi tersebut bertujuan untuk membentuk Co-Fas yang inspiratif, koperatif, edukatif, dan dapat membuat ruang kelas sebagai rumah Gamada. Ia menjelaskan bahwa setiap tahun harus ada perbaikan dalam pelaksanaan PPSMB. Untuk tahun ini, melihat dari segi konten, terdapat penambahan materi PKM (Pekan Kreatifitas Mahasiswa) dan penerapan skala prioritas. Melihat dari pelaksanaannya, ketepatan waktu dalam menjalani setiap rundown lebih diperhatikan, absensi lebih detil, penugasan yang lebih dipertimbangkan untuk kelulusan, serta video dan poster-poster dengan kualitas lebih baik dan mudah dimengerti oleh Gamada.
Untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang ada pada tahun lalu, ia melihat catatan Koordinator Co-Fas dan Co-Fas tahun lalu mengenai kekurangan tersebut. Catatan yang ia dapat dari tahun lalu ialah bahwa Co-Fas memiliki kekurangan dalam hubungan antara Co-Fas, hubungan dengan panitia yang lain, dan hubungan dengan Gamada.
Untuk memperbaiki itu, ia membuat suatu ideologi bernama Co-Fasologi. Ideologi itu digunakan untuk menggambarkan Co-Fas yang ideal, yaitu Co-Fas sebagai orang yang di dalam kelas dan Co-Fas sebagai panitia.Co-Fas sebagai orang yang di dalam kelas harus dapat menyampaikan materi dengan baik, mengkondisikan kelas, dan sebagainya.Untuk mencapai Co-Fas dengan kualitas terbaik, mereka menempuh pre-test terlebih dahulu.Pre-test ini bertujuan untuk mengetahui sampai mana kemampuan mereka untuk menjadi Co-Fas. Selanjutnya, mereka menempuh Training of Trainer (ToT) selama 3 hari dengan konsep Experiental Learning, yaitu proses pembelajaran melalui pengalaman. Mereka juga menempuh post-test untuk mengetahui perbandingan sebelum dan setelah pelatihan. Unsur terpenting yang diperlukan untuk menjadi Co-Fas ialah kemauan dan pengabdian, karena orang yang mau akan menjadi mampu tetapi orang yang mampu belum tentu mau untuk mengabdi.
Pelaksanaan PPSMB Palapa 2017
PPSMB yang telah terlaksana selama dua hari dinilai lancar dan kondusif, tanpa kendala yang berarti. Galuh, Sub Koor Co-Fas Fakultas pertanian menjelaskan bahwa tidak ada kendala yang berarti, hanya saja ada beberapa masalah teknis, namun bias segera teratasi. “Kita kan ribet saat moving dari lapangan terus langsung KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Mahasiswa yang ditempatkan di Fakultas Pertanian sendiri berjumlah 400 lebih sehingga butuh manajemen waktu yang baik,” ujar Galuh.
Hal senada juga disampaikan olehn Chalvia, Koordinator Teknis di Fakultas Ilmu Budaya. Kendala yang dihadapi adalah banyaknyaGamada yang masih terlambat karena belum hafal dengan lokasi fakultasnya, berbeda dengan upacara pembukaan dimana banyak Gamada yang datang lebih awal. Harapannya, PPSMB 2017 dapat berjalan dengan lancar dan kondusif serta materi dapat tersampaikan kepada Gamada sehingga nilai-nilai yang ditekankan dapat terserap dan dipahami dengan baik. Akhirnya, Gamada siap menjalani kehidupan kampus yang sebenarnya.
Reporter : Adil, Amel, Anas, Anggit, Dinda, Djuki, Karina, Nadif, Nafis, Restu, Sekar, Puti
Fotografer : Amel, Dinda, Djuki, Nida, Nafis, Restu, Sekar
Editor : Anas, Juki
Layouter : Anggit, Ari, Puti