GERIPA (Gerakan Ikan Padi) adalah aksi yang dilaksanakan mahasiswa baru Fakultas Pertanian 2017. Aksi ini bertujuan untuk menyadarkan masyarakat dan mahasiswa lain di UGM akan pentingnya melestarikan lingkungan, mengonsumsi ikan serta menambah kepedulian terhadap kesejahteraan petani dan nelayan. Para Gamada dikumpulkan di depan Auditorium Hardjono Danoesastro dan dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah itu, para Gamada mendapatkan pengarahan dari panitia GERIPA. Kemudian aksi dimulai pukul 14.00 WIB untuk membagikan bibit cabai dan stikerkepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan kepedulian terhadap kesejahteraan petani dan nelayan sertapentingnya menanam dan mengonsumsi ikan.
2017
Rangkaian acara PPSMB Palapa 2017 resmi ditutup oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M. Eng., D. Eng pada Sabtu, 12 Agustus 2017. Acara PPSMB Palapa 2017 ini meninggalkan berbagai kisah bagi Gamada 2017. Tak dipungkiri, PPSMB Palapa menjadi kebanggaan tersendiri bagi setiap piranti yang turut serta dalam menyukseskan PPSMB Palapa 2017. Wakil Ketua Pelaksana PPSMB Palapa 2017, Dr. drh. R. Gagak DS, M.P., M.Pd, bersyukur atas pelaksanaan PPSMB Palapa tahun ini yang dinilai berjalan dengan lancar. Gamada yang sakit tidak terlalu banyak, semua ceria dan tujuan-tujuan PPSMB Palapa 2017 relatif tercapai secara umum. Antusiasme Gamada terlihat sangat besar walaupun diawal acara Gamada terlihat kurang antusias. Keadaan berubah setelah dilaksanakannya softskill tentang pentingnya antusiasme, kedisiplinan, dan tanggung jawab.
Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru (PPSMB) Palapa sudah memasuki hari ke-lima. Materi hari ke-lima dan ke-enam adalah softskill untuk membentuk kepribadian mahasiswa. Lima hari telah berjalan, panitia tidak merasakan adanya kendala yang berarti dalam pelaksanaan PPSMB Palapa. Nanda, Koordinator teknis di Fakultas Kehutanan mengaku tidak ada kendala yang berarti saat pelaksanaan baik di kelas maupun saat upacara “Alhamdullilah nggak ada kendala yang berarti saat pelaksanaan, hanya ada Gamada yang sakit namun itu sudah bisa kami tangani sendiri” jelasnya. Hal senada diutarakan oleh Tia, Koordinator Teknis di Fakultas Hukum. Sejauh ini pelaksanaan PPSMB berjalan lancar dan kondusif. PPSMB Palapa tahun ini terbilang berbeda karena pemberian materi tentang kebangsaan dan wawasan jiwa Pancasila dimasukkan menjadi salah satu materi dalam PPSMB Palapa. Harapannya Gamada akan lebih mewarisi cita-cita leluhur bangsa.
Hari kedua pelaksanaan PPSMB Organik 2017 (10/8) berlangsung dengan lancar. Kegiatan diawali dengan apel pagi di halaman Gedung Rachmiwaty. Apel pagi dipimpin oleh, Urwah Adurrahman, yang menegaskan bahwa mahasiswa dan pemuda saat ini harus memiliki semangat dan tekad yang kuat seperti para pahlawan pada saat memperjuangkan bangsa Indonesia. Pada hari kedua, masih saja terdapat Gamada yang terlambat.
Kegiatan dilanjutkan di Auditorium dengan diawali penampilan dari inagurasi, selanjutnya pukul 08.00 acara disusul dengan pemamaparan materi pertama yang bertema “Landasan Moral”, disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, M.Sc. dengan subtema “Membangkitkan dan membina wawasan pertanian”. Seperti yang kita ketahui, bahwa mahasiswa saat ini masih belum bisa menangkap dan memahami mengenai permasalahan dari semua aspek pertanian, mereka masih terpaku pada jurusan mereka masing-masing. Pemahaman permasalahan mengenai pertanian sangat diperlukan guna menyelesaikan permasalahan pertanian. Kesejahteraan masyarakat sendiri masih sangat minim dan sangat menyedihkan, karena para mahasiswa sarjana saat ini masih lebih mementingkan dan memusatkan perhatiannya untuk kesejahteraan diri sendiri. Prof. Edhi mengatakan bahwa cara agar mahasiswa pertanian dapat berpegang teguh terhadap komitmen sebagai mahasiswa pertanian adalah dengan mengenali dengan baik terhadap apa yang ia pelajari. Jika minat itu telah ditekuni dengan baik, komitmen pun akan muncul. Gamada pertanian diharapkan dapat memegang komitmen untuk menjadi mahasiswa pertanian dan tidak menyia-nyiakan kesempatan ini karena mereka telah terpilih dari sekian juta lulusan SMA lainnya. Dengan begitu, mereka dapat menjadi serius dibidang pertanian dan tidak akan merasa salah jurusan.
Hari pertama pelaksanaan PPSMB Organik 2017 berjalan lancar. Kegiatan hari pertama dibuka dengan Upacara Pembukaan yang dilaksanakan di halaman Gedung Rachmiwaty. Tepat pukul 07.00 WIB upacara dimulai. Sekitar 419 Gamada mengikuti upacara walaupun masih terdapat banyak Gamada yang terlambat. Upacara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Gadjah Mada. Kemudian dilanjutkan orasi oleh Tophan P. Putra selaku Koordinator OC (Organizing Committee) PPSMB Organik 2017. Tophan menekankan bahwa pangan sangat dibutuhkan, untuk apa ada gedung-gedung pencakar langit jika kita masih kekurangan pangan. Maka dari itu, mahasiswa Pertanian mempunyai peranan penting untuk mewujudkan ketahanan pangan Indonesia. Setelah orasi dari Tophan, R.M. Bhismo S.K. selaku OC Aksi Kreatif memeriksa penugasan Gamada dengan cara mengangkat penugasan tersebut. Rangkaian acara PPSMB Organik tahun ini tidak berbeda jauh dengan tahun lalu menurut Rasinina Aulia, Koordinator Divisi Acara.
Selamat datang masa depan bangsa!
Upacara pembukaan PPSMB Palapa 2017 (7/8) menandai dimulainya rangkaian PPSMB enam hari kedepan (12/8).Sebanyak 8.322 Gamada (sebutan untuk mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada), terdiri atas 6.128 mahasiswa S1 dan 2.194 mahasiswa vokasi dengan persentase antara laki-laki dan perempuan sebanyak 53% dan 47% memenuhi lapangan Grha Sabha Pramana. Pengkondisian Gamada dimulai sejak pukul 06.00 WIB sebelum upacara dimulai.Uniknya, beberapa Gamada terlihat berdatangan sebelum persiapan panitia selesai.
Aksi #MenolakLupa2Mei yang dilakukan mahasiswa Universitas Gadjah Mada, kemarin (2/05) mengingatkan kita pada aksi serupa yang telah dilakukan pada 2 Mei 2016. Aksi tahun lalu berakhir dengan janji yang diberikan Rektor UGM periode itu, Dwikorita Karnawati, untuk mempertimbangkan jumlah tanggungan anggota keluarga dalam penetapan golongan UKT dan tidak diberlakukannya UKT bagi mahasiswa semester 8 untuk program S1 serta semester 6 untuk program Diploma. Namun faktanya, sudah setahun janji itu belum terealisasi dan belum terasa dampaknya bagi mahasiswa UGM. Maka kembali rombongan mahasiswa UGM dari 18 Fakultas dan Sekolah Vokasi bersatu melakukan aksi dalam rangka “mengingatkan” dan menagih janji terkait pertimbangan Uang Kuliah Tunggal.
Diskusi publik dalam peringatan hari nelayan (8/4) diadakan atas kerjasama antara DEMA, KMIP dan KAB. Diskusi tersebut mendatangkan tiga narasumber, yaitu Lalu M. Syafriadi selaku Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, Bambang Wicaksana Widjanarko selaku Ketua Front Nelayan Bersatu dan Djumanto selaku Dosen Departemen Perikanan UGM serta moderator Kautsar Fahreza selaku Kepala Biro Kajian dan Keilmuan DEMA. Tema diskusi yang diusung yaitu “Pelarangan Cantrang, Dilema Ekologis dan Ekonomis”.
Tugu Pal Putih Yogyakarta sore itu (24/3) menjadi saksi bisu aksi penolakan mahasiswa akan pendirian pabrik PT. Semen Indonesia. Hal yang melatar belakangi aksi ini diantaranya ialah, (1) dua bis dari warga Kendeng mendatangi UGM untuk meminta bantuan atas kasus yang mereka mereka sedang hadapi karena menurut mereka UGM adalah kampus yang sangat dekat dengan “rakyat” dan (2) wacana pemerintah terkait pencabutan surat izin pendirian pabrik semen.
Mahasiswa-mahasiswa yang terlibat dalam aksi tersebut sebagian besar tergabung ke dalam Aliansi aksi Solidaritas Kendeng Lestari, yang terdiri dari Weteng Kencot UGM (FTP, FKH, Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Hukum, BEM KM UGM),IMM UMY, AMPERA UII, LEM UII, Instiper,Pertanian UPN, UNS, serta Militan, Libertas, Front Mahasiswa Nasional (FNM) Ranting Yogyakarta, AGRA, Cakrawala Mahasiswa dan ISMPI Wilayah III. Aksi ini diwarnai oleh teatrikal yang menggambarkan pengusaha semen menggusur pertanian Kendeng. Orasi dan pembacaan puisi oleh beberapa perwakilan mahasiswa aliansi meramaikan aksi ini.
“Kerakyatan” menjadi kata yang tak pernah lekang oleh waktu. Ditinjau dari penggunaannya, kerakyatan sering menjadi makanan pokok para pemerhati masyarakat. Kata tersebut “meracuni” pikiran orang-orang yang belum paham makna dari kerakyatan itu sendiri. Penggunaan kata ini sering menyulut api sehingga masyarakat sangat sensitif. Hal itu menjadikan segala hal yang berkedok kerakyatan menjadi alat yang mujarab untuk melancarkan program-program yang notabene untuk kepentingan pribadi. Menurut KBBI, kerakyatan [ke-rak-yat-an] adalah segala sesuatu yang mengenai rakyat. Rakyat di sini biasa diartikan sebagai keterlibatan rakyat dalam segala aspek kehidupan dan tidak membatasi akses mereka untuk menikmati segala hal (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).