Diskusi PNT masuk UGM, Antara Petani dan Pegawai Negeri

Pada Sabtu (15/3) telah diadakan diskusi terbuka dengan tema Pemberdayaan Petani Melalui Program Pegawai Negeri Tani (PNT) bertempat di Ruang Sekip University Club UGM. Pembicara dalam diskusi tersebut adalah Prof. Dr. Triwibowo Yuwono, Dosen Jurusan Mikrobiologi sekaligus mantan Dekan Faperta UGM. Sedangkan tamu pembicaranya adalah Prof. Gunawan Sumohadiningrat, Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dan Haryono Isman, mantan Menpora RI periode 1993-1998. Dalam diskusi yang mencoba membedah wacana program PNT tersebut turut dihadiri pula oleh beberapa mahasiswa dari Faperta, FEB dan FTP UGM. Mulanya, program PNT ini diusung oleh Haryono Isman sebagai program di masa yang akan datang. PNT merupakan program yang bertujuan untuk menghargai kerja keras petani, menjamin penghasilan petani serta membuat profesi sebagai petani menjadi hal yang menarik. Dasarnya adalah dengan memberikan semacam gaji tetap kepada petani setiap bulannya dengan syarat petani harus berproduksi semaksimal mungkin. Hingga kini masih banyak sekali pendapat tentang program ini karena masih cukup baru dan memang baru sekedar wacana. Triwibowo mengutarakan bahwa bidang pertanian terutama profesi petani mulai ditinggalkan karena stigma masyarakat yang menganggap bahwa petani adalah pekerjaan yang tidak menjajikan. Menurut Triwibowo, stigma ini terbentuk didukung oleh perlakuan pemerintah yang kurang memperhatikan petani dan kenyataannya memang petani memiliki penghasilan yang rendah serta tidak menentu. Padahal dari diskusi ini, ketiga pembicara sepakat bahwa potensi Indonesia yang terkuat adalah bidang pertanian secara umum. Jika menginginkan Indonesia berdaulat, maka sektor pertanian perlu diperbaiki dan didongkrak dengan prospektif terutama dalam hal sumber daya manusia. Triwibowo menyetujui dengan konsep PNT tersebut karena menurutnya hal ini bisa menjadi bentuk penghargaan dan jaminan atas kerja keras petani serta sebagai motivasi petani agar berproduksi lebih baik. Sama halnya dengan Triwibowo, Haryono sebagai pencetus program mengungkapkan bahwa ia berharap dengan adanya diskusi ini, rancangan program PNT bisa memperoleh inovasi dan masukan dari khalayak umum terutama dari kalangan mahasiswa yang masih fresh dan netral dalam berpendapat. Berbeda dengan Triwibowo, Gunawan malah kurang sependapat. Ia mengatakan bahwa akan lebih baik apabila para pegawai negeri, terutama yang berkecimpung dalam sistem pemerintahan dan pembuat kebijakan, mendukung petani sepenuhnya. Ia kurang setuju apabila petani dijadikan pegawai negeri. Menurutnya, jika semua pegawai negeri mendukung dan melindungi petani sesuai dengan ranah kerjanya masing-masing, maka kondisi petani dan pertanian akan berangsur-angsur membaik. Seandainya petani dijadikan pegawai negeri seperti pada program PNT, Gunawan menyatakan bahwa dimungkinkan petani akan seperti sebagian PNS sekarang yang bekerja seadanya dan kurang inovatif. Ditemui secara langsung, Haryono menyatakan bahwa pendapat yang diutarakan  Gunawan sebelumnya tidak mungkin terjadi kecuali jika ada sebuah konsep yang benar-benar membentuk para pegawai negeri supaya mendukung dan melindungi petani secara utuh. Namun hal tersebut pasti akan sangat sulit dan butuh proses lama. Haryono tetap pada usulannya mengenai PNT, dan menegaskan bahwa PNT ini bukan upaya menambah pegawai negeri karena mengingat jumlah pegawai negeri di Indonesia telah cukup membebani keuangan negara. Namun motif dari program PNT adalah hanya sebagai upaya mendongkrak kinerja dan jaminan penghasilan bagi petani. Kemudian Haryono juga berencana untuk mengikutsertakan ahli dari bidang lain untuk memetakan PNT secara lebih detail sebagai upaya perwujudannya, mengingat sebenarnya ia belum terpikirkan bagaimana kelanjutannya secara teknis. Dikonfirmasi lebih lanjut, panitia menyatakan bahwa akan mengadakan diskusi dengan tema yang sama di waktu yang akan datang karena panitia berharap diskusi ini dapat mengembangkan pendapat dari berbagai kalangan untuk program PNT. Dalam diskusi, Gunawan sempat ‘nyeplos’ perihal kampanye. Gunawan menyatakan bahwa diskusi tersebut bukanlah upaya kampanye mengingat Haryono Isman merupakan peserta konvensi Capres salah satu partai yang akan maju di PEMILU April mendatang. “Lagipula ini kan diskusinya bersifat terbuka untuk siapapun, diselenggarakan di lingkungan akademis pula. Jadi ini bukan kampanye”, ujar Gunawan ditengah-tengah sesi diskusi. Namun Gunawan tetap mengingatkan bahwa diskusi ini sangat beresiko disebut sebagai kampanye terselubung.(im-prim) read more