Wawancara eksklusif dengan Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, M.P., M.Scs
Abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud yang melanda daerah Yogyakarta dan sekitarnya sejak 14 Februari 2014 ini masih enggan untuk meninggalkan jejaknya. Banyak instansi di Yogyakarta yang memutuskan untuk meliburkan kegiatan mereka sampai keadaan kondusif kembali. Mereka juga bergotong-royong untuk membersihkan sisa-sisa abu vulkanik yang masih menumpuk.
Dampak dari abu vulkanik begitu luas, tak terkecuali bagi sektor pertanian. Dari segi fisik, abu vulkanik merupakan material baru yang memiliki bobot dan berat jenis yang cukup besar serta jumlah dalam skala besar, dapat membuat tanaman seperti melon, bawang merah, dan bawang putih sangat ‘menderita’. Keadaan yang dialami oleh tanaman tersebut mulai dari sekedar layu sampai berujung kepada kematian tanaman karena proses metabolisme yang terhambat. Kerusakan yang terjadi pada tanaman akan diperparah jika tidak langsung terkena hujan atau disiram air. Cuaca panas di sekitar tanaman dapat menyebabkan plasmolisis pada tanaman karena tekanan pada area luar tanaman lebih kecil yang akhirnya justru air dari tanaman tertarik ke luar.
Dari segi kandungan abu vulkanik Gunung Kelud belum diteliti lebih lanjut. Namun dari tingkat keasamannya, abu vulkanik cenderung lebih basis sampai netral sehingga jika dibandingkan dengan abu dari Gunung Merapi yang lebih asam, maka abu vulkanik Gunung Kelud tidak lebih berbahaya bagi tanaman karena memang tanaman lebih tidak tahan pada kondisi masam. Jika keberadaan dari abu vulkanik Gunung Kelud tersebut tidak terlalu banyak maka akan berdampak positif bagi beberapa tanaman. Material silika yang terdapat dalam abu tersebut berbahaya jika sampai terhirup karena berbentuk runcing sehingga dapat mengganggu kinerja dari paru-paru. Namun apabila terkena tanah, justru lebih mudah dilarutkan oleh air.
Abu vulkanik yang memiliki ketebalan yang cukup tinggi pada tanah cenderung akan menganggu proses pelarutan unsur tanah yang dibutuhkan tanaman. Hal itu karena abu vulkanik memang merupakan bahan baru yang butuh proses panjang untuk menjadikan bahan tersedia terutama pada tanah kering yang jumlah airnya sedikit. Berbeda dengan tanah sawah yang memiliki cukup banyak air dan proses pergantian air yang baik sehingga akan mempermudah proses penyerapan dari unsur-unsur pada abu vulkanik tersebut.
Abu vulkanik memang bisa dijadikan sebagai pupuk karena kandungannya yang sangat berguna bagi tanaman, namun hal tersebut membutuhkan proses yang cukup lama. Abu vulkanik tersebut tidak langsung bisa dijadikan sebagai media karena isinya hanya mineral serta kondisinya yang sebagian besar belum tersedia maka perlu dicampur dengan tanah pasir, tanah lempungan, atau bahan organik maka seiring berjalannya waktu akan memberi kesuburan yang lebih baik.
Unsur silika, besi bebas, sulfat yang terdapat dalam abu vulkanik tidak disukai oleh hama. Selain itu Gunung Kelud yang memang terdapat gesekan dengan laut sangat berpotensi untuk memuntahkan belerang yang baunya tidak disukai oleh hama. Abu vulkanik yang baru keluar juga biasanya memiliki pH yang tidak cocok dengan beberapa jenis hama sehingga keberadaan hama tersebut akan berkurang.
Untuk mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan dari abu vulkanik dapat dilakukan dengan menyiram tanaman yang terkena abu vulkanik. Jika ketebalan dari abu tersebut melebihi 10 cm maka perlu dicampur dengan tanah, bahan organik, atau bahan-bahan yang mengandung banyak nitrogen seperti kompos, atau leguminosa, dan sisa-sisa daun.
Buah-buahan yang terpapar oleh abu vulkanik juga masih aman dikonsumsi karena bahan aktif yang ada masih dalam taraf aman. Namun pada saat akan mengkonsumsi buah dan sayuran yang terpapar abu vulkanik cukup dicuci sampai bersih. Buah yang memang sebelumnya sudah luka memang akan cenderung lebih cepat rusak karena keberadaan besi dan sulfat yang mempercepat proses tersebut.
Akan selalu ada dua sisi dalam setiap kejadian baik itu negatif ataupun positif. Mungkin saat ini yang terlihat dari abu vulkanik yang melanda sebagian wilayah Jawa hanya dampak negatifnya. Namun hal itu bukan berarti tidak ada dampak positifnya, mungkin saja saat ini Tuhan belum menginginkan kita untuk melihat dampak positif dari kejadian ini.
Jadi tetap berpikiran positif ya teman.