‘Aquascape bukan sekedar tanaman biasa, melainkan lebih kepada pemaknaan hidup dari miniatur alam yang penuh kesinergian.’
Begitulah tagline yang diusung dalam acara workshop Mang Kasep yang digelar pada hari Kamis, 12 Juni 2014 di Auditorium Fakultas Pertanian UGM. Mang Kasep atau kepanjangan dari Memasyarakatkan Aquascape ini merupakan judul dari sebuah PKM-M yang diketuai oleh Reyhan Dani Gara (Buper’12). Pameran dan workshop yang diadakan secara free ini mendatangkan Tinton Aryo Putro, Juara Aquascape Nasional, sebagai pembicara.
Pameran dan workshop Mang Kasep, bekerja sama dengan PAY (Paguyuban Aquascape Yogyakarta). Di dalam pameran, terdapat sekitar 20-an tank aquascape yang dipamerkan dalam berbagai tipe. Pameran ini mempunyai sasaran masyarakat umum dan mahasiswa. Diadakannya pameran sekaligus workshop ini bertujuan untuk mempromosikan PKM-M Mang Kasep dan memberdayakan PAY sebagai mitra kerja sekaligus ingin mengenalkan aquascape sebagai hobi baru di masyarakat Jogja serta mahasiswa.
“Aquascape memiliki nilai estetika dan bisa memulihkan perasaan atau jiwa manusia karena keindahannya yang menggambarkan panorama alam di dalam air,” tutur Reyhan selaku ketua pelaksana pameran dan workshop Mang Kasep 2014.
Menurut Reyhan, kendala yang dihadapi selama ini adalah pengadaan Aquascape. Aquascape didatangkan langsung dari rumah para Aquascaper –sebutan untuk para pecinta Aquascape— dan dirangkai langsung di Auditorium Fakultas Pertanian. “Tanki, tanaman air, CO2, dan ikan-ikan serta pupuk organiknya kita bawa langsung dari para anggota PAY. Mungkin kendalanya ada di pengadaan. Soalnya rumah Aquascaper satu dengan yang lainnya berjauhan,” tutur Reyhan.
Animo mahasiswa dan pengunjung lain cukup ramai dan begitu respect karena aquascape termasuk hal baru. Di dunia internasional aquascape itu sudah populer dan dimulai perkembangannya di Jepang. Di Indonesia mulai berkembang tahun 2008 namun timbul tenggelam. “Makanya kita mau mengembangkan lagi dan ingin membuat Aquascape menjadi hobi baru di Indonesia, kita mulai dengan mengenalkan Aquascape di Jogja dulu.”
Harapan dari pameran dan workshop yang diselenggarakan oleh Reyhan, Firda, Pustika, Irma dan Norma selaku panitia dan tim PKM-M ini adalah semoga aquascape menjadi hobi baru yang berkembang di kalangan mahasiswa. Mereka mencoba menciptakan sesuatu yang baru serta unik yang bisa menggabungkan keindahan alam bawah air dengan pemaknaan hidup melalui pameran dan workshop Aquascape.
Butuh Ketelatenan
Tinton yang menjadi pengisi workshop hari itu datang dari Semarang untuk berbagi perihal aquascape kepada pengunjung. Ia menyatakan bahwa aquascape adalah salah satu hobi baginya untuk melatih kedisiplinan dan ketelatenan. Tidak hanya itu, ilmu yang didapat dari hobi ini diantaranya adalah tentang kelistrikan, cara mengatur pH dalam air, dan mengembangkan biota perairan didalam tank.
Tinton mengaku dalam satu tahun dia baru menggeluti hobinya namun sudah memenangkan lomba Grand Aquascape. “Memang awalnya sulit ngurus aquascape itu, tapi kalau kita telaten dan sabar pasti bisa berhasil, yang terpenting adalah niat untuk menggelutinya dengan baik”, ujar Tinton. Untuk merawat aquascape, Tinton berbagi bahwa biaya standar yang dikeluarkan minimal Rp 3.000.000, dan tabung untuk penyedia oksigen seharga Rp 1.000.000. Tinton mengaku harus menabung sedikit demi sedikit untuk bisa menyalurkan hobinya tersebut mengingat biaya yang dikeluarkan cukup banyak.
Banyak kendala yang dihadapi Tinton saat merawat aquascape, salah satunya ialah tentang pengukuran keasaman dan penjagaan air dalam tank. Sampai sekarang Tinton masih agak kesulitan dalam hal penjagaan air agar selalu dalam kondisi baik. Tetapi Tinton sudah berhasil melakukan perawatan yang intensif terhadap aquascape-nya. Tahun ini, ia berencana merintis usaha galeri aquascape di Semarang. Tujuan dari galeri ini adalah agar orang-orang lebih mengenal apa itu teknik aquascaping, serta membagikan ilmu tentangnya.
Oleh : Arintya Putri, M. Naufal Dzaky & Sayyida Ikrima
Foto Oleh : Erintano A. Yunanda