2014
‘Aquascape bukan sekedar tanaman biasa, melainkan lebih kepada pemaknaan hidup dari miniatur alam yang penuh kesinergian.’
Begitulah tagline yang diusung dalam acara workshop Mang Kasep yang digelar pada hari Kamis, 12 Juni 2014 di Auditorium Fakultas Pertanian UGM. Mang Kasep atau kepanjangan dari Memasyarakatkan Aquascape ini merupakan judul dari sebuah PKM-M yang diketuai oleh Reyhan Dani Gara (Buper’12). Pameran dan workshop yang diadakan secara free ini mendatangkan Tinton Aryo Putro, Juara Aquascape Nasional, sebagai pembicara.
Oleh : M. Naufal Dzaky
Fotografer : Julia Setiawati
Yogyakarta – Hari buruh merupakan hari untuk memperingati perjuangan buruh yang juga berperan membangun Indonesia yang lebih baik. Pada tanggal 1 Mei, di seluruh negara diperingati sebagai hari buruh Internasional atau biasa disebut “May Day”. Bertepatan hari ini (1/5), tepatnya di Titik 0 KM, Jalan Malioboro, suasana terlihat ramai dan tidak seperti biasanya. Dari para pejalan kaki hingga pengguna jalan yang lalu-lalang, perhatiannya tertuju pada sekelompok massa yang berkumpul di depan Istana yang terletak di ujung selatan Jalan Malioboro. Meski ada massa yang melakukan aksi, situasi berjalan kondusif dan tertata karena ada polisi yang mengawal jalannya aksi.
“Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. PEMILU merupakan pesta demokrasi yang diadakan 5 tahun sekali. PEMILU diperuntukkan untuk seluruh WNI berusia 17 tahun ke atas.”
Pemilihan Umum (PEMILU) tahun 2014 merupakan satu lagi moment penting bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia. Pemilu ke-11 bagi Bangsa Indonesia ini adalah salah satu gerbang menuju era Indonesia yang baru. Banyak pihak yang menggantungkan harapan pada PEMILU ini untuk bisa memperbaiki kondisi Indonesia yang kacau. Dengan adanya Pemilu, akan terjadi regenerasi jajaran di puncak pemerintahan Indonesia, sehingga pemerintahan diharapkan bisa lebih baik lagi dan mampu mewujudkan Indonesia berdaulat. Namun banyak pula yang pesimis dengan PEMILU kali ini karena sebagian masyarakat berpikir bahwa PEMILU tidak akan merubah apapun. Pendapat semacam ini dipicu oleh spekulasi bahwa calon wakil rakyat yang akan maju merupakan sosok yang tidak mereka percaya, sehingga mereka memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya (golput) daripada harus memilih sosok-sosok yang tidak mereka percaya.
Oleh : Nugroho Meidinata dan Sayyida Ikrima
“Sikap optimis dan gairah pembangunan sektor-sektor potensial seperti sektor perikanan yang berkelanjutan harus senantiasa dipupuk agar potensi besar yang dimiliki Indonesia tidak hilang begitu saja.”
Tepat pada tanggal 6 April, nelayan menjadi topik bahasan utama di pelosok permadani negeri ini. Kesejahteraan nelayan lagi-lagi menjadi poin penting dalam pembahasan Hari Nelayan tahun ini. Dengan melihat kondisi sumber daya alam di Indonesia, tidak bisa dipungkiri kekayaan yang luar biasa telah dimiliki oleh Indonesia. Tetapi, kondisi alam ini hanya tertidur tanpa dimanfaatkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini dimanfaatkan oleh investor asing yang menjadi pelaku utama dalam mengekploitasi sumber daya alam yang ada di negeri ini. Hal tersebut yang memperburuk kondisi pemanfaatan sumber daya alam yang ada di Indonesia.
Pada Sabtu (15/3) telah diadakan diskusi terbuka dengan tema Pemberdayaan Petani Melalui Program Pegawai Negeri Tani (PNT) bertempat di Ruang Sekip University Club UGM. Pembicara dalam diskusi tersebut adalah Prof. Dr. Triwibowo Yuwono, Dosen Jurusan Mikrobiologi sekaligus mantan Dekan Faperta UGM. Sedangkan tamu pembicaranya adalah Prof. Gunawan Sumohadiningrat, Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dan Haryono Isman, mantan Menpora RI periode 1993-1998. Dalam diskusi yang mencoba membedah wacana program PNT tersebut turut dihadiri pula oleh beberapa mahasiswa dari Faperta, FEB dan FTP UGM. Mulanya, program PNT ini diusung oleh Haryono Isman sebagai program di masa yang akan datang. PNT merupakan program yang bertujuan untuk menghargai kerja keras petani, menjamin penghasilan petani serta membuat profesi sebagai petani menjadi hal yang menarik. Dasarnya adalah dengan memberikan semacam gaji tetap kepada petani setiap bulannya dengan syarat petani harus berproduksi semaksimal mungkin. Hingga kini masih banyak sekali pendapat tentang program ini karena masih cukup baru dan memang baru sekedar wacana. Triwibowo mengutarakan bahwa bidang pertanian terutama profesi petani mulai ditinggalkan karena stigma masyarakat yang menganggap bahwa petani adalah pekerjaan yang tidak menjajikan. Menurut Triwibowo, stigma ini terbentuk didukung oleh perlakuan pemerintah yang kurang memperhatikan petani dan kenyataannya memang petani memiliki penghasilan yang rendah serta tidak menentu. Padahal dari diskusi ini, ketiga pembicara sepakat bahwa potensi Indonesia yang terkuat adalah bidang pertanian secara umum. Jika menginginkan Indonesia berdaulat, maka sektor pertanian perlu diperbaiki dan didongkrak dengan prospektif terutama dalam hal sumber daya manusia. Triwibowo menyetujui dengan konsep PNT tersebut karena menurutnya hal ini bisa menjadi bentuk penghargaan dan jaminan atas kerja keras petani serta sebagai motivasi petani agar berproduksi lebih baik. Sama halnya dengan Triwibowo, Haryono sebagai pencetus program mengungkapkan bahwa ia berharap dengan adanya diskusi ini, rancangan program PNT bisa memperoleh inovasi dan masukan dari khalayak umum terutama dari kalangan mahasiswa yang masih fresh dan netral dalam berpendapat. Berbeda dengan Triwibowo, Gunawan malah kurang sependapat. Ia mengatakan bahwa akan lebih baik apabila para pegawai negeri, terutama yang berkecimpung dalam sistem pemerintahan dan pembuat kebijakan, mendukung petani sepenuhnya. Ia kurang setuju apabila petani dijadikan pegawai negeri. Menurutnya, jika semua pegawai negeri mendukung dan melindungi petani sesuai dengan ranah kerjanya masing-masing, maka kondisi petani dan pertanian akan berangsur-angsur membaik. Seandainya petani dijadikan pegawai negeri seperti pada program PNT, Gunawan menyatakan bahwa dimungkinkan petani akan seperti sebagian PNS sekarang yang bekerja seadanya dan kurang inovatif. Ditemui secara langsung, Haryono menyatakan bahwa pendapat yang diutarakan Gunawan sebelumnya tidak mungkin terjadi kecuali jika ada sebuah konsep yang benar-benar membentuk para pegawai negeri supaya mendukung dan melindungi petani secara utuh. Namun hal tersebut pasti akan sangat sulit dan butuh proses lama. Haryono tetap pada usulannya mengenai PNT, dan menegaskan bahwa PNT ini bukan upaya menambah pegawai negeri karena mengingat jumlah pegawai negeri di Indonesia telah cukup membebani keuangan negara. Namun motif dari program PNT adalah hanya sebagai upaya mendongkrak kinerja dan jaminan penghasilan bagi petani. Kemudian Haryono juga berencana untuk mengikutsertakan ahli dari bidang lain untuk memetakan PNT secara lebih detail sebagai upaya perwujudannya, mengingat sebenarnya ia belum terpikirkan bagaimana kelanjutannya secara teknis. Dikonfirmasi lebih lanjut, panitia menyatakan bahwa akan mengadakan diskusi dengan tema yang sama di waktu yang akan datang karena panitia berharap diskusi ini dapat mengembangkan pendapat dari berbagai kalangan untuk program PNT. Dalam diskusi, Gunawan sempat ‘nyeplos’ perihal kampanye. Gunawan menyatakan bahwa diskusi tersebut bukanlah upaya kampanye mengingat Haryono Isman merupakan peserta konvensi Capres salah satu partai yang akan maju di PEMILU April mendatang. “Lagipula ini kan diskusinya bersifat terbuka untuk siapapun, diselenggarakan di lingkungan akademis pula. Jadi ini bukan kampanye”, ujar Gunawan ditengah-tengah sesi diskusi. Namun Gunawan tetap mengingatkan bahwa diskusi ini sangat beresiko disebut sebagai kampanye terselubung.(im-prim)
Oleh : Arintya Putri F.
Terkadang semua tak seperti
Cerita lucu didalam komedi
Yang menggambarkan hidup tertawa lepas dan berhenti
Biar hidup terkadang membosankan laluilah semua dengan senyuman
Biarkanlah itu mengalir apa adanya…
Potongan lirik lagu diatas memang tak sepenuhnya benar dan tak sepenuhnya salah. Hidup memang tak selalu seperti cerita komedi dengan lepasnya bisa tertawa, namun hidup juga terkadang menyenangkan jika mengingat akan arti perjuangan. Hidup berjalan dalam rotasinya. Begitu pula dengan rotasi kehidupanku yang baru saja mengalami masa transisi.
Oleh : Sandy Pandawa
(gambarnya dikasih keterangan dianah prim po gimana gitu yaa J)
Cahaya senja mulai memasuki sudut warung, menerobos celah demi celah dinding bangunan sederhana yang terbuat dari bambu itu, seakan ingin ikut menemani obrolan di dalamnya yang memang terkadang arah pembicaraannya ngalor-ngidul. Entah siapa yang menemukan topik duluan, bahan obrolan apapun tetap bisa nyambung. Mulai dari masalah sapinya Pak Karman yang melahirkan seekor anakan dengan 3 pasang kaki sampai masalah pelik perpolitikan negeri ini.
Di siang yang terik dalam sebuah rangkaian liburan semester, tampak para mahasiswa berbondong menuju kampus untuk mendapat tanda tangan persetujuan dari sang dosen pembimbing sekaligus konsultasi tentang masalah yang dimiliki.
“Pokoknya kita harus key-in bareng biar sekelas”, ujar Itan pada kelima kawannya, Sodek, Pete, Miko, Bunder dan Sanah. Proses key-in adalah hal yang menjadi sebuah momok tersendiri bagi mereka. Antara takut tidak mendapatkan dosen yang ‘nyaman’ hingga takut tidak sekelas dengan teman dekat. Key-in merupakan sebuah tahap dimana mahasiswa melakukan pendaftaraan terhadap mata kuliah dan praktikum apa yang akan diambil dalam satu semester kedepan melalui online.
Hari Tani ke 53
[embedplusvideo height=”400″ width=”400″ editlink=”http://bit.ly/NFt3Hb” standard=”http://www.youtube.com/v/v6_hVzi1lps?fs=1″ vars=”ytid=v6_hVzi1lps&width=400&height=400&start=&stop=&rs=w&hd=0&autoplay=0&react=1&chapters=¬es=” id=”ep4767″ /]