Oleh : M. Naufal Dzaky
Fotografer : Julia Setiawati
Yogyakarta – Hari buruh merupakan hari untuk memperingati perjuangan buruh yang juga berperan membangun Indonesia yang lebih baik. Pada tanggal 1 Mei, di seluruh negara diperingati sebagai hari buruh Internasional atau biasa disebut “May Day”. Bertepatan hari ini (1/5), tepatnya di Titik 0 KM, Jalan Malioboro, suasana terlihat ramai dan tidak seperti biasanya. Dari para pejalan kaki hingga pengguna jalan yang lalu-lalang, perhatiannya tertuju pada sekelompok massa yang berkumpul di depan Istana yang terletak di ujung selatan Jalan Malioboro. Meski ada massa yang melakukan aksi, situasi berjalan kondusif dan tertata karena ada polisi yang mengawal jalannya aksi.
Massa gabungan yang menamakan dirinya sebagai Koalisi Rakyat Bersatu (KRB), mengumbar aksi yang membawa 11 tuntutan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya kaum buruh. Dengan tema ‘Buruh Berdaulat Pendidikan Merakyat, Rakyat Sejahtera’, massa sebelumnya telah melakukan long march dari Bunderan UGM hingga Titik 0 KM.
May Day kali ini berbeda dengan May Day sebelumnya, karena saat ini para pemimpin negara sedang sibuk-sibuknya mengurusi pemilu legislatif dan presiden. Sementara ini, pemerintah yang berkuasa hingga sekarang masih menjalankan kebijakan politik upah murah. Sistem kerja kontrak dan outsourcing yang tetap dipertahankan menyebabkan tidak adanya kepastian kerja bagi kaum buruh. Hal ini yang menjadi masalah krusial bagi para buruh. Mereka menilai kebijakan pemerintah masih banyak yang belum bisa menyejahterakan rakyat terutama para buruh. Selain permasalahan sistem ketenagakerjaan seperti outscoring, mereka juga mengkritisi soal pendidikan dan layanan kesehatan di Indonesia yang masih sulit dijangkau. Bahkan bidang pendidikan kita masih diwarnai hal-hal yang tidak semestinya seperti kekerasan karena senioritas dan pelecehan seksual.
Dari press release yang beredar, Koalisi Rakyat Bersatu yang terdiri organisasi-organisasi buruh, mahasiswa dan LSM membawa 11 tuntutan KRB ini antara lain : (1) hapuskan sistem kerja kontrak dan outscoring; (2) tolak politik upah murah; (3) kesehatan gratis untuk seluruh rakyat; (4) tangkap, adili, dan penjarakan pelaku pemberangusan serikat; (5) tolak kekerasan terhadap buruh; (6) upah layak bagi buruh perempuan dan hak reproduksi bagi buruh perempuan; (7) pendidikan gratis, ilmiah, demokratis dan bervisi kerakyatan; (8) tolak kekerasan seksual di lingkungan pendidikan; (9) akses pendidikan untuk difabel dan tegakkan aturan 1% buruh di perusahaan difabel; (10) tanah untuk rakyat; (11) sahkan UU perlindungan PRT.
Massa KRB yang ikut serta dalam aksi siang tadi berjumlah lebih dari 50 orang. Selain orasi politik, aksi juga diwarnai panggunng rakyat dari para buruh seperti pembacaan puisi dan seni rebana. Penampil seni rebana berasal dari aliansi ibu-ibu buruh gendong yang tergabung dalam KRB.
Dalam orasi tadi, banyak dari orator yang menyatakan pendapatnya dengan sangat kritis, mulai dari mahasiswa hingga buruh pun tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk mengeluarkan aspirasi di hari buruh ini. Meskipun dari mereka ada beberapa orator yang mengeluarkan pendapatnya secara panas dan terlalu menyinggung pihak tertentu, namun tidak sampai terjadi kericuhan. Kekacauan sempat terjadi diduga karena sebagian massa tidak paham instruksi dan aturan dalam aksi yang telah disepakati, sebagian massa terlihat hampir memblokade jalan.
BEM KM UGM dan beberapa lembaga mahasiswa di UGM lainnya memegang andil yang cukup besar dalam aksi hari buruh tadi. KRB juga terdiri dari kalangan jurnalis yang ikut terjun untuk mengorasikan apresiasinya, karena jurnalis sejatinya ialah buruh tinta yang harus diperjuangkan juga haknya.