“Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. PEMILU merupakan pesta demokrasi yang diadakan 5 tahun sekali. PEMILU diperuntukkan untuk seluruh WNI berusia 17 tahun ke atas.”
Pemilihan Umum (PEMILU) tahun 2014 merupakan satu lagi moment penting bagi kelangsungan demokrasi di Indonesia. Pemilu ke-11 bagi Bangsa Indonesia ini adalah salah satu gerbang menuju era Indonesia yang baru. Banyak pihak yang menggantungkan harapan pada PEMILU ini untuk bisa memperbaiki kondisi Indonesia yang kacau. Dengan adanya Pemilu, akan terjadi regenerasi jajaran di puncak pemerintahan Indonesia, sehingga pemerintahan diharapkan bisa lebih baik lagi dan mampu mewujudkan Indonesia berdaulat. Namun banyak pula yang pesimis dengan PEMILU kali ini karena sebagian masyarakat berpikir bahwa PEMILU tidak akan merubah apapun. Pendapat semacam ini dipicu oleh spekulasi bahwa calon wakil rakyat yang akan maju merupakan sosok yang tidak mereka percaya, sehingga mereka memilih untuk tidak menggunakan hak pilihnya (golput) daripada harus memilih sosok-sosok yang tidak mereka percaya.
Pemilu 2014 akan dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah PEMILU legislatif, yakni rakyat memilih DPR, DPD dan DPRD untuk periode lima tahun selanjutnya. Sedangkan tahap kedua adalah PEMILU presiden, yakni rakyat memilih presiden untuk periode lima tahun selanjutnya. Dalam hal ini, mahasiswa Indonesia yang berjumlah kurang lebih 1,9 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia sangat diharapkan partisipasinya dalam PEMILU ke-11 ini. Mahasiswa yang umumnya sudah memiliki hak pilih mestinya turut berpartisipasi sebagai implementasi atau perwujudan kepeduliannya pada negara yang selama ini mereka gadang-gadangkan.
Upaya Sosialisasi, dari Penyuluhan Biasa Hingga Aplikasi Android
Jum’at (28/3) sore, KPUD Sleman mengadakan sosialisasi PEMILU 9 April 2014 di Gazebo Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Sosialisasi diadakan guna memberikan informasi bagi mahasiswa yang sebagian besar pemilih pemula. Usaha yang dilakukan KPUD ini bertujuan untuk merangkul para pemilih pemula yang rata-rata siswa SMA dan mahasiswa. Dalam sosialisasi ini, KPUD Sleman memberi informasi mengenai tata cara pencoblosan dan sah atau tidaknya surat suara. Surat suara yang akan diberikan pada pemilih berjumlah 4 yang terdiri dari surat suara DPR, DPRD, DPD I/II. Surat suara dinyatakan tidak sah apabila mencoblos di luar kolom yang disediakan, begitu juga bila memilih partai A namun calonnya dicoblos di kolom partai B. Kemudian pada saat mencoblos diharapkan calon pemilih membawa surat undangan (C6) sebagai syarat pencoblosan. Bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota dan hendak mencoblos bisa mengisi form A5 yang diurus di kelurahan tempat tinggal sekarang.
Selain mengadakan sosialisasi secara langsung melalui penyuluhan, KPUD juga membuat situs-situs di internet seperti jariungu.com dan rumahPEMILU.org. Situs-situs tersebut berisi tentang calon legislatif dan semua hal tentang PEMILU sehingga dapat diakses secara online. Namun sayangnya KPUD tidak memiliki akun sosial media seperti twitter ataupun Facebook yang notabene dekat dengan kawula muda. Hal ini disebabkan karena KPUD ingin menghindari anggapan ketidaknetralan ataupun keberpihakan KPUD dengan salah satu partai atau calon legislatif tertentu. Walaupun KPUD tidak mempunyai sosial media, kawula muda dapat mengakses semua hal tentang PEMILU melalui sebuah aplikasi di ponsel android, yaitu “Orang Baik”. Aplikasi “Orang Baik” ini diciptakan melalui bantuan dari LSM. Dengan menciptakan aplikasi di android ini diharapkan para kawula muda dapat dengan mudah mengenal para calon legislatif. Tidak ketinggalan KPUD juga bekerjasama dengan TVRI dan RRI untuk menyiarkan berita PEMILU melalui media elektronik. Maka dari itu, sebagai seorang mahasiswa, kita dituntut untuk aktif mencari tahu baik dari media cetak maupun media sosial yang telah banyak disediakan dan tidak bersikap apatis. Mahasiswa jangan memilih untuk golput, agar tidak golput maka harus mengenal calon yang visi misinya jelas dan membawa perubahan mendatang yang baik.
Pada PEMILU tahun 2014 ini KPUD Sleman menargetkan partisipasi yang tinggi dari warga Sleman sebanyak 80%. Selain itu, KPUD Sleman juga menargetkan adanya peningkatan kualitas pemilih dan yang dipilih. KPUD mengharapkan agar mahasiswa tidak golput dan dapat memilih calon yang benar-benar berkualitas. Tahun ini ada 15 partai peserta PEMILU dengan 3 partai lokal Aceh di dalamnya. Informasi mengenai PEMILU dapat dilihat di kpu.go.id.
Jalanan Lengang
Rabu (9/4) pelaksanaan PEMILU Legislatif serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia, tak terkecuali di lingkungan sekitar UGM. suasana disekitar kampus UGM sangat lengang. Jalan sebelah utara Perikanan yang biasanya padat merayap pagi itu terlihat sangat sepi. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Pejalan kaki yang biasanya kesulitan untuk menyeberang pada pagi hari terlihat begitu leluasa untuk menyeberang. Dalam PEMILU kali ini, mahasiswa yang berasal dari luar daerah Yogyakarta diberikan kesempatan untuk memilih calon legislatif pilihannya dengan cara mutasi tempat pemilihan dari daerah asal. Mereka tetap bisa menyalurkan hak mereka meskipun harus melalui beberapa tahapan untuk mutasi.
Mahasiswa yang melakukan mutasi bisa memilih di TPS 78, 79, 116, 117, 118 dan 119 yang berada di sekitar UGM. Pengadaan TPS ini memang diperuntukan bagi mahasiswa, tidak ada warga asli Yogyakarta yang menyalurkan hak pilihnya disitu. TPS yang disebutkan tadi merupakan TPS tambahan. Sebelumnya ada wacana tentang pengadaan TPS didalam Kampus UGM dan UNY. Namun pengadaan TPS di dalam kampus akhirnya ditiadakan. Alasan peniadaan wacana TPS di dalam dua kampus besar di Yogyakarta ini dipicu oleh pertimbangan pihak kampus terhadap beberapa hal. Pertimbangan tersebut menitikberatkan pada efisiensi pelaksanaan pemungutan suara. Sumber yang didapat melalui kroscek Tribun Jogja, pihak UNY dan UGM menilai bahwa mahasiwa perantau yang memilih di Yogyakarta bisa memilih di TPS luar kampus. Pun jika ada TPS di dalam kampus, dapat memicu implikasi negatif dari masyarakat karena kampus merupakan daerah akademik yang mestinya bersih dari percaturan politik yang santer macam PEMILU.
Pada pagi hari, beberapa mahasiswa pemilih terlihat datang ke Fakultas Kehutanan untuk menyoblos, namun ternyata mereka tidak mendapati adanya TPS di dalam kampus seperti di Fakultas Kehutanan seperti yang telah dikabarkan beberapa waktu sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa sebagian mahasiswa pemilih yang telah tercantum dalam DPT kurang mencermati informasi yang telah disebar oleh beberapa pihak seperti BEM KM UGM di sosial media dan Forum Mahasiswa Advokasi.
Pelaksanaan PEMILU di TPS 116 yang sempat terpantau berjalan cukup ramai pada pukul 10.30 WIB. Antusiasme yang cukup baik untuk PEMILU dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa yang datang ke TPS. Namun ada beberapa mahasiswa yang masih bingung akan memilih siapa sebagai wakil rakyat pilihannya. Seperti Maulida, mahasiswi FMIPA UGM, ketika ditemui di depan TPS 116 mengaku bahwa dirinya masih belum memiliki bayangan mengenai wakil pilihannya bahkan sebenarnya dia juga ragu apakah namanya sudah terdaftar atau belum dalam TPS itu.
Di TPS 116 terdapat beberapa mahasiswa dari Forum Mahasiswa Advokasi UGM yang membantu pelaksanaan pemungutan suara secara teknis. Mereka membantu penyaluran form C6 yang belum diambil atau diantar oleh kepala Dukuh kepada mahasiswa pemilih. Forum Mahasiswa Advokasi ini juga berperan penting dalam pemrosesan mutasi yang dilakukan mahasiswa untuk bisa memilih di Yogyakarta. Disana mereka juga membantu memberikan informasi bagi mahasiswa yang salah TPS atau bermasalah dalam proses mutasi yang dilakukan.
Berharap Mahasiswa Bersuara dengan Semestinya
Di beberapa TPS seperti di TPS 116 membuka tambahan waktu pemungutan suara dari yang seharusnya selesai pukul 12.00 WIB, masih dibuka hingga sekitar pukul 14.00 WIB. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang belum terdaftar dalam DPT atau yang tidak memiliki formulir A5 dan atau C6 diperbolehkan menyoblos dengan menunjukkan KTP. Tyas, mahasiswi Jurusan Perikanan UGM, mengaku harus menunggu sekitar dua jam hingga namanya dipanggil untuk menyoblos di bilik suara. Hal ini terjadi karena banyaknya masyarakat yang kebanyakan adalah mahasiswa dan belum terdaftar dalam DPT yang ingin menyoblos dengan menggunakan KTP. Menurut Suwarno, salah satu PANWASLU yang berjaga di TPS 116, membludaknya jumlah pemilih yang menyoblos menggunakan KTP di TPS 116 adalah akibat penolakan dari TPS lain dengan alasan kurangnya stok surat suara di TPS bersangkutan.
Total surat suara yang berada di TPS 116 adalah 430, namun yang terpakai hanya sekitar 300 surat suara. Hal itu mencerminkan antusiasme pemilih yang terdaftar di TPS 116 pada pemilu 2014 ini kurang maksimal. Pada penghitungan suara di TPS ini, turut hadir 4 saksi yang mewakili 4 partai berbeda, sedangkan 8 partai yang lain tidak menghadirkan saksi. Menurut petugas di lapangan, setelah dicoblos dan dihitung di TPS masing2, surat suara dibawa dan dikumpulkan KPU pusat. Hingga berita ini ditulis, masih berlangsung penghitungan suara di TPS sekitar UGM.
Dari serangkaian pemantauan yang dilakukan Primordia terhadap pelaksanaan PEMILU di wilyaha kampus UGM, terlihat dengan jelas bahwa kalangan mahasiswa terutama mahasiswa UGM yang jumlahnya puluhan ribu sangat diharapkan partisipasinya dalam PEMILU 2014. Hal ini dapat dilihat dari upaya KPU selaku pelaksanan PEMILU melakukan segenap upaya sosialisasi dari mulai cara konvensional hingga modern dan dekat dengan masyarakat. Selain itu, fasilitas dalam mengurus proses mutasi pemilih perantau dari daerah asal sudah diupayakan dengan cukup maksimal. Seperti halnya di wilayah UGM, KPUD Sleman telah merangkul BEM KM UGM dan Forum Mahasiswa Advokasi UGM untuk menyosialisasikan perihal mutasi dalam rangka pengefisiensian pengadaan PEMILU kepada mahasiswa UGM.