Di siang yang terik dalam sebuah rangkaian liburan semester, tampak para mahasiswa berbondong menuju kampus untuk mendapat tanda tangan persetujuan dari sang dosen pembimbing sekaligus konsultasi tentang masalah yang dimiliki.
“Pokoknya kita harus key-in bareng biar sekelas”, ujar Itan pada kelima kawannya, Sodek, Pete, Miko, Bunder dan Sanah. Proses key-in adalah hal yang menjadi sebuah momok tersendiri bagi mereka. Antara takut tidak mendapatkan dosen yang ‘nyaman’ hingga takut tidak sekelas dengan teman dekat. Key-in merupakan sebuah tahap dimana mahasiswa melakukan pendaftaraan terhadap mata kuliah dan praktikum apa yang akan diambil dalam satu semester kedepan melalui online.
***
Malam itu, enam mahasiswa tingkat satu ini telah berunding untuk melaksanakan key-in bersama. Semua strategi dalam menyiasati sebuah proses fenomenal yang mereka sebut sebagai ‘perang key-in’ telah disusun sedemikian rupa agar mendapatkan hasil sesuai rencana. Pukul 9 malam, ‘perang’ dimulai dengan makan malam bersama dirumah Sodek. Pukul 11, pasukan siap key-in ini menuju salah satu restoran fastfood yang memiliki fasilitas wifi. Tanpa berpikir panjang, lantas naiklah keenamnya ke lantai dua dari restoran tersebut karena dirasa lebih sepi pengunjung dibandingkan dengan lantai satu.
Laptop pun telah dinyalakan. Tepat pukul 12 malam, dengan mimik muka serius, tangan keenam mahasiswa Fakultas Pertanian ini dengan lihai mengetik alamat website yang akan digunakan untuk key-in, tetapi sebelum para pasukan key-in ini dapat megambar api selalu muncul di layar. Penyebabnya macam-macam, yang paling jadi langganan adalah : kuota penuh. Berkali-kali berusaha untuk masuk tapi tetap rumbai-rumbai api yang selalu muncul.
Satu persatu lampu dalam restoran fastfood tersebut telah dimatikan, merasa diusir, dengan berat hati mereka berenam meninggalkan tempat tersebut. Saat menuruni tangga mereka semua dikejutkan dengan adanya dua buah kursi yang diletakkan secara sengaja menghalangi tangga. Tak ada cara lain, mereka melompat kursi. “Aduh, terima malu deh buat key-in kali ini”, celetuk Bunder diiringi pandangan aneh dari pengunjung restoran lantai satu.
Perang berlanjut, kali ini enam mahasiswa badung memilih sebuah warnet. Ternyata sebagian pengguna warnet adalah para pejuang key-in seperti mereka. Semua bilik diisi dengan wajah-wajah penuh kepanikan, apabila ada salah seorang yang telah berhasil key-in, maka bertambahlah kepanikan bagi yang lain. Key-in – kebakaran – key-in – kebakaran, begitu seterusnya.
Tepat ketika adzan subuh dikumandangkan, mereka dapat bernafas lega kembali karena key –in online enam manusia ini selesai. Bergegaslah mereka menuju rumah Miko, berniat untuk tidur. “Key-in pertama dan sangat rempong, tapi sangat bekesan”, komentar Sanah sebelum tidur. Hingga kemudian, cerita mengenai key-in yang fenomenal itu yang selalu mereka bicarakan selama beberapa hari kedepan.
***
Derita key-in ternyata tidak hanya berhenti sampai disitu, dan korban yang muncul pun tidak hanya mereka berenam tapi hampir semua mahasiswa tingkat satu yang key-in dihari pertama fakultas ‘sumber peradaban’ itu. Dimana-mana terlihat banyak wajah-wajah yang masih terlihat panik, di Gazebo, di teras A1, di Sekber, ekspresi kurang enak berceceran akibat key-in semalam. “Aduh gimana nih, kelasnya penuh, aku harus ganti jadwal lagi”, terdengar keluhan salah satu mahasiswa yang terlihat sedang mengobrol dengan temannya didepan loket baguan akademik.
Di sudut lain fakultas, segerombol mahasiswa yang sedang mencoba key-in didepan salah satu kantor jurusan dihampiri seorang dosen, “wah, pagi-pagi mukanya sudah pada capek ya? gimana key-in-nya?”, tanya sang dosen kepada segerombol mahasiswa yang memang terlihat lelah dan mengantuk itu, “iya Pak, susah key-in, jangankan milih kelas bagus, bisa masuk portal saja kami sudah bersyukur”, seorang mahasiswi mencoba bercerita. Bagi mahasiswa fakultas ini, tidak berlebihan jika key-in dianggap sebagai salah satu perjuangan yang harus ditempuh untuk meraih cita-cita. Dibalik key-in terdapat sebuah pembelajaran penting, yakni jangan mudah menyerah. Esensi sederhana namun sangat mengena dibenak mahasiswa fakultas tercinta.(cha,leli,im-prim)