[topswf swf=’wp-content/uploads/Newsletter-ppsmb.swf’ width=’500′ height=’500′ quality=’best’ wmode=’transparent’ scale=’default’ flashvars=” allowfullscreen=’false’]
2013
Polemik di dunia Pertanian tidak ada habis nya. Masalah import yang hingga sekarang masih terbuka lebar, penguasaan lahan oleh usaha property, pembangunan, dan industri yang terus berkembang, serta kesejahteraan petani yang belum tercapai di titik optimal. Dari beberapa problematika yang disebutkan tadi, masalah kedaulatan pangan yang sekarang sering dibahas oleh Mahasiswa Fakultas Pertanian menjadi topik terhangat di kalangan civitas akademika.
Tekad kalangan perguruan tinggi untuk mengembangkan arah minat mahasiswa ke dunia kewirausahaan, tampaknya, tidak main-main. Menilik kondisi sekarang, dunia pekerjaan tidak bisa diharapkan terus-menerus. Pada umumnya, mahasiswa lulusan sekarang adalah kelompok pencari kerja.
Seiring dengan berkembangnya minat mahasiswa untuk berwirausaha, bagian akademik Jurusan Perikanan merespon dengan memberikan fasilitas berupa tempat. Hal tersebut guna mengapresiasi prestasi mahasiswa di bidang kewirausahaan. Salah satu fasilitas yang dibuat berupa saung. Pembangunan fasilitas tersebut berada di atas kolam perikanan yang semula memang digunakan sebagai Laboratorium Stasiun Penelitian Perikanan, Jurusan Perikanan. Fasilitas tersebut ditujukan untuk inkubator mina bisnis dan berbagai kegiatan kewirausahaan mahasiswa yang merupakan unit pengembangan dari Laboratorium tersebut.
“Saya tidak akan makan gandum dan produk turunannya…”
Gandum merupakan sumber pangan yang digemari oleh masyarakat Indonesia, tetapi tidak dengan Prof. Dr. Ir. Suhardi M,Sc. Sejak tahun 1987 ia tidak mengonsumsi gandum dan turunannya atau lebih dikenal dengan sebutan ‘Sumpah Gandum’. Untuk memperingati seperempat abad ‘Sumpah Gandum’, pada tanggal 24 Februari 2013 di Balai Shinta Gedung Wanitatama digelar acara ‘Refleksi Seperempat Abad Sumpah Gandum’. Ia juga menuturkan sumpah tersebut dilakukannya sebagai bentuk protes atas kebijakan pangan nasional dikarenakan kegelisahan dan rasa kecewa terhadap negeri kaya raya ini yang telah terjebak dalam politik pangan yang dikendalikan oleh pelaku bisnis Internasional.